DOWNLOADS

Selasa, 26 Maret 2013

SEBAB-SEBAB RUNTUHNYA KHILAFAH USTMANIYAH


Ada beberapa faktor penyebab musuh-musuh islam berhasil untuk meruntuhkan Khilafah Utsmaniyah:
  1. Masuknya paham nasionalisme
Prancis, inggris dan amerika melakukan tipu muslihat dengan menabur benih kehancuran dengan menanam paham nasionalisme pada abad 18-19, paham nasionalisme disebarkan hingga kaum Muslim mengelompokkan diri sebagai arab, turki atau mesir, daripada menganggap mereka satu Muslim, salah satu kota besar tempat penyebaran nasionalisme ini adalah di beirut, American University of Beirut misalnya yang dibentuk pada 1866.

Bermula dari munculnya berbagai propaganda ke arah nasionalisme yang dipelopori oleh Partai Persatuan dan Pengembangan, mereka memulai gerakannya dengan men-Turki-kan Daulah Utsmaniah di Turki. Untuk menopang dakwahnya ini, mereka menjadikan serigala (sesembahan bangsa Turki sebelum datangnya Islam) sebagai syiar dari gerakannya tersebut. (Muhammad Muhammad Husain, Ittijâhât Wathaniyah, II.85). Partai yang dipimpin oleh Ahmad Ridha dan berpusat di Paris ini juga berusaha menyebarkan rasa permusuhan terhadap bangsa Arab, di antaranya dengan adanya usaha untuk mencopot Kementerian Wakaf, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Luar Negeri, yang waktu itu dipegang oleh orang-orang Arab, untuk diganti dengan orang Turki. Mereka juga berusaha membatasi keistimewaan yang diberikan Utsmaniah hanya kepada bangsa Turki saja. (Muwafiq Bani Marjah, Sulthan Abdul Hamid dan Khilafah Utsmaniah, hlm. 174). Gerakan itu membuat bangsa Arab berang. Akibatnya, dalam waktu singkat bermunculan gerakan “fanatisme Arab” dan dengan cepat menyebar di seluruh wilayah pemerintahan Utsmaniah, seperti di Mesir, Syam, Irak, dan Hijaz.

Bersamaan dengan itu, benih-benih nasionalisme mulai tumbuh di dunia Islam, fatatul turki (pemuda turki), fatatul arab (pemuda arab) buktinya, kaum pemuda berlandaskan nasionalisme ini mulai menyerukan disintegrasi Islam berdasar etnis, semisal gerakan ittihad wa taraqiy turki dan gerakan-gerakan ini dapat sambutan dan sokongan hangat dari loji-loji freemasin di yunani, dan membiayai kelompok tersebut, masya Allah, begitulah kaum Muslim dikerat dengan pisau nasionalisme, ukhuwah dinomor duakan.

Bermula dari pelataran bumi Syam, fanatisme ini berkembang dan membesar ke berbagai negara. Fanatisme ini bertujuan untuk menumbangkan Khilafah Utsmaniah yang dipegang oleh orang Turki. Lebih ironis lagi, fanatisme ini dikendalikan oleh orang-orang Nasrani Libanon, yang telah terbina dalam pendidikan Barat. Di antara para tokohnya adalah Faris Namir dan Ibrahim Yasji. Gerakan fanatisme Arab ini didorong lebih jauh lagi oleh Negib Azoury, seorang Kristen pegawai pemerintahan Utsmani di Palestina. Ia berhasil menerbitkan buku Le Revell de la Nation Arabe. Di dalam bukunya tersebut, ia mengutarakan gagasannya untuk membuat suatu Arab empire yang mempunyai batas-batas alami, yaitu: Lembah Eufrat dan Tigris, Lautan India, Terusan Suez, dan Lautan Tengah. Gagasan ini jelas akan mendorong lebih cepat terciptanya separatisme wilayah Arab dari kekuasaan Turki Utsmani (Azyumardi Azra, Islam dan Negara: Eksperimen dalam Masa Modern).
  1. Keruntuhan Khilafah juga terkait dengan serangan fisik, peperangan dan imperialisme serta melalui perjanjian-perjanjian.
Pada tahun 1914-1918 pecah Perang Dunia I; kesempatan bagi bangsa-bangsa Arab untuk memisahkan diri dari Khilafah Utsmaniah. Mereka ingin mendirikan “Khilafah Arabiyah” sebagai tandingannya. Kesempatan ini tidak disia-siakan Inggris untuk menghancurkan kekuatan Islam.

Eropa mengerti betul bahwa perpecahan antara Arab dan Turki mengakibatkan kekuatan Islam lemah, sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh Muhammad Abduh: Sesungguhnya bangsa Arab mampu mendepak orang-orang Turki dari kursi Kekhalifahan. Akan tetapi, bangsa Turki tidak rela begitu saja. Apalagi waktu itu bangsa Turki mempunyai kekuatan militer yang kuat. Maka jika kedua kekuatan itu melemah, Eropalah yang menjadi kuat. Mereka sudah lama menunggu antara pertarungan umat Islam tersebut, kemudian berusaha untuk menguasai kedua bangsa tersebut atau salah satunya yang terlemah. Padahal waktu itu bangsa Arab dan bangsa Turki merupakan bangsa yang terkuat di dalam tubuh umat Islam. Oleh karenanya, akibat dari pertarungan kedua bangsa itu, jelas kekuatan Islam menjadi lemah sekaligus merupakan jalan pintas meunuju kehancurannya. (Dr. Muhammad Imarah, Al-Jam‘iyah al-Islâmiyyah wa al-Fikrah al-Qawmiyyah, Dar asyu-Syuruq, 1414-1994, hlm. 53, 54).

Mengetahui yang demikian, diutuslah “Lorence”, spionis Inggris didikan Yahudi, yang dikemudian hari dikenal dengan “Lorence Arab”. Setelah mempersiapkan segala sesuatunya, akhirnya Revolusi Arab berhasil menghantam kekuatan Khilafah Utsmaniah di Turki, tentunya di bawah bimbingan dan arahan Lorence Arab ini.

Tentara-tentara Arab berkumpul dan bersatu dengan kekuatan-kekuatan asing. Jauh hari sebelum persekongkolan untuk menghancurkan Khilafah Utsmaniah itu dilakukan, Inggris telah menjanjikan Syarif Husain, pembesar Makkah waktu itu, bahwa jika Khalifah Utsmaniah jatuh maka Syarif Husain akan menjadi khalifah pengganti.

Namun kenyataannya, setelah rencana itu berhasil dan perang telah usai, Inggris mengingkari janji itu. Dua perwakilan yang diundang Syarif Husain dalam acara penyerahan kekuasaan yang diadakan di Jeddah tak hadir. Bahkan pada waktu itu Inggris membuka rahasia yang selama ini disimpan, yakni ternyata tiga negara besar (Inggris, Prancis dan Rusia) telah berkolusi untuk membagi wilayah Khilafah Utsmaniah di antara mereka. Pada waktu itu juga, Musthafa Kemal telah berhasil merebut tampuk kepemimpinan dari keluarga Utsmaniah. Tampaknya hal itu telah direncanakan jauh sebelumnya, yaitu ketika ia memimpin gerakan Kamaliyun, yang melakukan aktivitasnya di bawah tanah. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari gerakan Masuniah Internasional. (Dr. Jamal Abdul Hadi, Al-Mujtama‘ al-Islâmi al-Mu‘âshir, Al-Wafa’, I/59).

Dengan adanya berbagai perjanjian sehingga membuat wilayah Khilafah Utsmani dengan mudah diobrak-abrik oleh musuh, seperti perjanjian karlowitz 1699, passarowitz 1718, Belgrade 1739, Küçük Kaynarca 1774, semuanya mengerat habis wilayah Khilafah Utsmani, russia mengerat wilayah Khilafah di utara sampai perbatasan dengan laut hitam di masa Catherine, sementara prancis menjajah mesir pada 1698, aljazair pada 1830, tunisia pada 1881, moroko pada 1912, inggris mengambil wilayah india, cina barat, sudan, dan akhirnya merebut mesir dari prancis, kaum Muslim seperti hidangan yg direbutkan dan barat mulai ekspansi militer dengan 3G (gold-gospel-glory), lalu menjajah negeri muslim.
  1. Adanya Konspirasi
Pada tahun 1901 pendiri gerakan Zionis, Theodor Hertzel, mengunjungi Istambul dan berupaya menemui Khalifah tetapi hanya diterima Ketua Dewan Menteri. Theodor Hertzel menawarkan bantuan kepada Khilafah Islamiyah seperti berikut:
  1. Membayarkan lunas hutang Khilafah Islamiyah
  2. Membangun Angkatan Laut Khilafah Islamiyah
  3. 3.35 juta Lira Emas tanpa bunga untuk kesejahteraan Khilafah Islamiyah
Tawaran ini sebagai harga dari:
  1. Mengizinkan orang Yahudi berkunjung ke Palestina sembarang waktu mereka inginkan, dan bermukim selama mereka inginkan “berziarah ke tempat-tempat suci”.
  2.  Mengizinkan orang Yahudi membangun pemukiman dan mereka menginginkan lokasi dekat dengan Yerusalem.
Khalifah yang menolak menerima Hertzel tersebut menyuruh Ketua Dewan Menteri untuk menyampaikan titah Khalifah: “Suruh Dr. Hertzel untuk tidak mengambil selangkah dari proyeknya itu. Saya tidak dapat memberikan sejemputpun tanah dari Tempat Suci itu, karena itu bukan milik saya pribadi, itu adalah milik ummat Islam seluruh dunia. Orang Yahudi silakan menggenggam uangnya berjuta-juta. Selama saya masih hidup, saya lebih suka menerima tebasan pedang ketimbang melihat tanah Palestina dipotong dan dikeluarkan dari wilayah Khilafah Islamiyah. Ini ada suatu yang tidak mungkin saya terima, saya tidak akan memotong tubuh saya selama saya masih hidup.” Setelah itu gerakan Zionis itu memalingkan upayanya ke Kerajaan Inggris untuk mewujudkan mimpi mereka menjadi kenyataan.

Inggris dan Perancis sudah siap-siap untuk mengakhiri Khilafah Islamiyah, namun kata “Jihad” masih cukup berpengaruh besar untuk membuat Eropa “menggigil”. Eropa masih takut pada “Khilafah Islamiyah”. Inggris memutuskan untuk memakai politik : bagi-bagi dan kuasai (devide et empera – devide and conquer). Inggris memberi dukungan politik kepada Turki Muda. Apabila Turki Muda menjadi kuat dalam dhaulah Khilafah Islamiyah, Inggris tidak perlu melakukan apa-apa lagi, Turki Muda dengan “nasionalisme” yang anti Khilafah akan menyelesaikannya.

Angkatan perang Khilafah Islamiyah pada waktu itu (maksudnya pada zaman pemerintahan Khalifah Sultan Abd. Hamid) sesungguhnya tidak demikian lemahnya seperti disangkakan orang sekarang. Satuan artilleri Khilafah Islamiyah adalah yang terkuat di dunia waktu itu. Angkatan Laut Khilafah Islamiyah terorganiser dengan baik, dan tergolong nomor tiga dari Angkatan Laut yang kuat di dunia sesudah Inggris dan Perancis. Khalifah membangun industri, utamnya pabrik senjata, pertenunan dan gula. Sistem transport darat diperbaharui. Pelabuhan diperkembang dan surat kabar diterbitkan.

Untuk beberapa saat kelihatannya Khilafah Islamiah mulai sembuh dan berdiri dengan tegap. Namun konspirasi negeri-negeri barat dan Zionis telah berketetapan untuk membinasakan Khilafah Islamiyah dengan harga berapapun juga. Minoritas non-Muslim dan LSM-LSM dalam Khilafah Islamiyah dimanfaatkan oleh konspirasi negeri-negeri barat untuk menimbulkan kekacauan dan instabilitas dalam negeri. Konspirasi negeri-negeri barat senantiasa mencampuri urusan dalam negeri Khilafah Islamiyah dengan dalih “melindungi minoritas non-Muslim”. Konspirasi negeri-negeri barat dan zionis juga memberikan dana dan mendorong upaya intensif LSM-LSM menyebarkan publikasi-publikasi untuk maksud meracuni aqidah ummat Islam, menyebarkan ide-ide yang merusak, menimbulkan kesalah-fahaman di antara warga Muslim. Konspirasi negeri-negeri barat dan zionis menghasut serta memberikan dana kepada orang-orang Armenia untuk memberontak melawan Khilafah Islamiyah. Druz dihasut untuk berlaga dengan Maronit di Libanon, di mana Inggris membantu Druz dan Perancis membantu Maronit. Ini membuat sibuk Angkatan Perang Khilafah untuk mengatasinya. Itulah “pertempuran” yang senantiasa berlangsung antara konspirasi negeri-negeri barat dan zionis dengan Khilafah Islamiyah dalam masa pemerintahan Khalifah Abdul Hamid.

Mustafa Kemal dari Gerakan Turki Muda kelihatannya seperti seorang Muslim yang taat. Dia shalat bersama-sama ummat Islam di mesjid-mesjid. Bahkan diapun juga membaca khuthbah Jum’at di beberapa mesjid. Dia bersumpah akan berperang untuk menyelamatkan Khilafah. Dia memuji-muji Allah, Islam dan Nabi Muhammad SAW sepanjang waktu. Dia menyebutkan Al-Quran sebagai Kitab Suci yang sempurna. Dia berkata Al-Quran itu adalah konstitusi. Dan dia juga mengatakan itu semuanya pada pembukaan Majelis Agung Nasional di Ankara sewaktu Perang Kemerdekaan. Sehingga ummat Islam mempercayainya. Dan dia mendapatkan kekuasaan penuh selama Perang Kemerdekaan.

Setelah Turki memperoleh kemerdekaannya, Mustafa Kemal dipilih oleh Majelis sebagai Presiden Turki. Gerakan Turki Muda memperoleh kekuasaan dan Mustafa Kemal membatalkan Khilafah pada 3 Maret 1924. Maka berakhirlah sudah kesatuan kepemimpinan bagi ummat Islam yang telah berlangsung selama 1300 tahun. Negeri-negeri barat dan zionis berhasil sepenuhnya menumbangkan Khilafah Islamiyah. Sejarah kemudian mencatat, ternyata Mustafa Kemal menjalankan agenda Inggris: melakukan revolusi untuk menghancurkan Khilafah Islamiyah. Mustafa Kemal berkonspirasi dengan Inggris dengan perjanjian yaitu : “Perjanjian Luzon”, yaitu:

1. Turki harus menghapuskan Khilafah Islamiyah serta mengusir khalifahnya dan menyita semua harta kekayaannya.
2. Turki harus berjanji untuk menghalangi setiap gerakan yang membela kekhalifahan.
3. Turki harus memutuskan hubungannya dengan dunia Islam.
4. Turki harus menerapkan hukum sipil sebagai pengganti hukum Daulah Utsmaniyah yang bersumberkan Islam.

Persyaratan tersebut diterima oleh Musthafa Kamal dan perjanjian ditandatangani pada tanggal 24 Juli 1923. Dan akhirnya, setelah melalui perdebatan alot dan tekanan pada tanggal 3 Maret 1924, Majlis Raya Nasional menghapus jabatan Khalifah, dan khalifah waktu itu, Sultan Abdul Majid II diusir ke luar negeri.

Penghapusan khilafah ini kemudian diikuti dengan pemberangusan segala unsur Islam dalam masyarakat. Dari mulai penutupan dan pengalihfungsian masjid-masjid, pelarangan penggunaan bahasa Arab, tulisan Arab dan pakaian Muslim, hingga penghapusan Mahkamah Syariah dan perubahan penanggalan ke kalender Masehi. Dengan demikian berakhirlah Khilafah Turki Utsmani yang telah dipertahankan selama sekitar 640 tahun.

Prestasi Musthafa Kamal Attaturk, agen Freemasonry dalam menghapuskan Khilfah Turki Utmani tersebut sangat dibanggakan oleh Freemasonry, hingga disebutkan dalam Ensiklopedi Freemasonry:
“Revolusi Turki (yang dimulai) pada tahun 1918 yang diprakarsai oleh saudara yang mulia Mustafa Kamal Attaturk sangat menguntungkan rakyat, melenyapkan kekuasaan Sultan, memberantas Khilafah, menghilangkan Mahkamah Syariat, menyingkirkan perananan agama Islam, dan menghapuskan kementerian Wakaf (Agama). Bukankah semua ini merupakan pembaruan yang dikehendaki Freemasonry dalam setiap bangsa yang sedang bangkit (Al-Kailani, 1992: 190).

Kesimpulan
Umat Islam memang disebut Allah Swt. sebagai khayru ummah (umat terbaik) yang diturunkan di tengah manusia. Namun, secara faktual siapa pun tahu, umat Islam saat ini, di bidang politik, ekonomi, pendidikan, sosial maupun budaya, bukanlah umat terbaik. Banyak faktor penyebabnya, namun salah satunya yang paling menonjol adalah karena perpecahan. Penyebab utamanya adalah nasionalisme. Maksudnya, 1,4 miliar umat Islam saat ini hidup terpecah di 57 negara bangsa (nation-state) yang berdiri atas dasar paham nasionalisme.

Kondisi ini tentu saja membuat umat menjadi sangat lemah. Selain tidak mampu menjaga ’izz al-Islâm wa al-Muslimîn, mereka juga gagal membendung setiap pengaruh buruk yang datang dari luar, di antaranya:
  1. Makin kokohnya penjajahan dalam berbagai bentuknya, baik di lapangan ekonomi (melalui pemberian utang utang luar negeri dan sebagainya), di bidang politik (melalui paham sekularisme, demokrasi, HAM dan sebagainya), maupun di bidang budaya (melalui budaya Barat yang permisif) dan sebagainya.
  2. Terjadinya pertikaian antar negeri Muslim akibat perbedaan kepentingan dan politik devide et impera. Misalnya antara Iran–Irak, Indonesia-Malaysia, atau antara Irak dan Kuwait.
  3. Lemahnya kekuatan umat dalam menghadapi musuh. Nasionalisme membuat negeri-negeri Muslim sulit bersatu sehingga tidak mampu menghadapi musuh. Penyerbuan AS atas Irak dan Afganistan berlangsung begitu saja tanpa sedikitpun bisa dicegah oleh negeri-negari Muslim.
Ide-ide liberalism dan nasionalisme hanya akan menyengsarakan umat manusia, sebaliknya hanya islam yang memberikan kebaikan bagi umat manusia. Untuk mewujutkan kebaikan dan kemuliaan itu tidak ada jalan lain kecuali dengan menerapkan syariah islam secara total dalam bingkai al-Khilafah ar-Rasyidah ‘ala minhaj an-nubuwwah. Inilah yang saat ini harus kita perjuangkan dengan penuh kesungguhan sebagai bukti keimanan kita dan bentuk tanggung jawab dan belas kasih kita kepada ummat manusia.

Wallah a’alam bi ash-shawab.

Oleh : Abu Azkadina
Judul: SEBAB-SEBAB RUNTUHNYA KHILAFAH USTMANIYAH; Ditulis oleh Unknown; Rating Blog: 5 dari 5

2 komentar:

  1. Astagfirullah. semoga para mujahidin bisa bersatu untuk mewujudkan khilafah yang baru agar umat muslim bisa hidup damai. http://transparan.id

    BalasHapus
  2. syukran atas tulisannya.. sangat membantu..

    BalasHapus