Kegiatan pelayanan
keperawatan berkualiatas telah dimulai sejak seorang perawat muslim
pertama yaitu Siti Rufaidah pada jaman Nabi Muhammad S.A.W, yang selalu
berusaha memberikan pelayanan terbaiknya bagi yang membutuhkan tanpa
membedakan apakah kliennya kaya atau miskin. 1).(Elly Nurahmah, 2001).
Ada pula yang mengenal sebagai Rufaidah binti Sa’ad/Rufaidah Al-Asalmiya
dimana dalam beberapa catatan publikasi menyebutkan Rufaidah
Al-Asalmiya, yang memulai praktek keperawatan dimasa Nabi Muhammad SAW
adalah perawat pertama muslim (Kasule, 2003; Mansour & Fikry, 1987).
Sementara sejarah perawat di Eropa dan Amerika mengenal Florence
Nightingale sebagai pelopor keperawatan modern, Negara di timur tengah
memberikan status ini kepada Rufaidah, seorang perawat muslim (Jan,
1996). Talenta perjuangan dan kepahlawanan Rufaidah secara verbal
diteruskan turun temurun dari generasi ke generasi di perawat Islam
khususnya di Arab Saudi dan diteruskan ke generasi modern perawat di
Saudi dan Timur Tengah 2) (Miller Rosser, 2006)
Selama ini pula perawat Indonesia khususnya lebih mengenal Florence
Nightingale sebagai tokoh keperawatan, yang mungkin saja lebih
dikarenakan konsep keperawatan modern yang mengadopsi litelature barat.
Florence Nightingale (Firenze, Italia, 12 Mei 1820 – 13 Agustus 1910)
adalah pelopor perawat modern. Ia dikenali dengan nama The Lady With The
Lamp dalam bahasa Inggris yang berarti “Sang Wanita dengan Lampu”. Nama
depannya, Florence merujuk kepada kota kelahirannya, Firenze dalam
bahasa Italia atau Florence dalam bahasa Inggris. 3) (Wikipedia)
Florence dilahirkan dalam keluarga berada dan tumbuh sebagai wanita
yang menawan dan periang yang mempunyai masa depan yang cerah.
Bagaimanapun penderitaan yang dilihatnya semasa peperangan di
semenanjung Krim di Rusia tahun 1858, menyebabkan hati Florence
Nightingale tersentuh melihat penderitaan tentara yang luka dan
dibiarkan saja dalam rumah sakit yang kotor. 3) (Wikipedia). Florence
Nightingale dikenal sebagai perawat dan teoris pertama yang memiliki
body of knowledge keperawatan. Nigtingale menekankan fokus intervensi
keperawatan adalah membuat lingkungan yang kondusif bagi manusia untuk
hidup sehat. Sebagian besar dari pemikiran Nightingale masih relevan
dengan pendidikan keperawatan di Indonesia pada masa sekarang maupun
yang akan datang. 4) (A.Yani, 2004)
Tulisan ini bermaksud mengeksplorasi lebih jauh studi litelatur
sejarah islam dalam bidang keperawatan dan mengenalkan kita tentang
tokoh perawat islam. Tentu saja perkembangan keperawatan di masa
Rufaidah binti Sa’ad (thn 570 – 632 SM ), dengan perkembangan
keperawatan era Florence Nightingale, dan perkembangan keperawatan era
tahun 2000 akan tetap berbeda seiring dengan tuntutan pelayanan
kesehatan. Kedua tokoh keperawatan tersebut muncul di masa-masa
peperangan, sedangkan saat ini keperawatan bergerak maju dalam suasana
damai, namun dengan kompleksitas tuntutan asuhan keperawatan dan beragam
penyakit infeksi dan penyakit degeneratif (double burden disease).
* Mengenal Rufaidah binti Sa’ad (Ruafaidah Al-Asalmiya)
Prof. Dr. Omar Hasan Kasule, Sr, 1998
dalam studi Paper Presented at the 3rd International Nursing Conference
“Empowerment and Health: An Agenda for Nurses in the 21st Century” yang
diselenggarakan di Brunei Darussalam 1-4 Nopember 1998, menggambarkan
Rufaidah adalah perawat profesional pertama dimasa sejarah islam. Beliau
hidup di masa Nabi Muhammad SAW di abad pertama Hijriah/abad ke-8
Sesudah Masehi, dan diilustrasikan sebagai perawat teladan, baik dan
bersifat empati. Rufaidah adalah seorang pemimpin, organisatoris, mampu
memobilisasi dan memotivasi orang lain. Dan digambarkan pula memiliki
pengalaman klinik yang dapat ditularkan kepada perawat lain, yang
dilatih dan bekerja dengannya. Dia tidak hanya melaksanakan peran
perawat dalam aspek klinikal semata, namun juga melaksanakan peran
komunitas dan memecahkan masalah sosial yang dapat mengakibatkan
timbulnya berbagai macam penyakit. Rufaidah adalah public health nurse
dan social worker, yang menjadi inspirasi bagi profesi perawat di dunia
Islam. 5)
Rufaidah binti Sa’ad memiliki nama lengkap Rufaidah binti Sa’ad Al
Bani Aslam Al Khazraj, yang tinggal di Madinah, dia lahir di Yathrib dan
termasuk kaum Ansar (golongan yang pertama kali menganut Islam di
Madinah). Ayahnya seorang dokter, dan dia mempelajari ilmu keperawatan
saat bekerja membantu ayahnya. Dan saat kota Madinah berkembang,
Rufaidah mengabdikan diri merawat kaum muslim yang sakit, dan membangun
tenda di luar Masjid Nabawi saat damai. Dan saat perang Badr, Uhud,
Khandaq dan Perang Khaibar dia menjadi sukarelawan dan merawat korban
yang terluka akibat perang. Dan mendirikan Rumah sakit lapangan sehingga
terkenal saat perang dan Nabi Muhammad SAW sendiri memerintahkan korban
yang terluka dirawat olehnya. Pernah digambarkan saat perang Ghazwat al
Khandaq, Sa’ad bin Ma’adh yang terluka dan tertancap panah di
tangannya, dirawat oleh Rufaidah hingga stabil/homeostatis. 5)(Omar
Hassan, 1998)
Rufaidah melatih pula beberapa kelompok wanita untuk menjadi perawat,
dan dalam perang Khaibar mereka meminta ijin Nabi Muhammad SAW, untuk
ikut di garis belakang pertempuran untuk merawat mereka yang terluka,
dan Nabi mengijinkannya. Tugas ini digambarkan mulia untuk Rufaidah, dan
merupakan pengakuan awal untuk pekerjaaannya di bidang keperawatan dan
medis.
Konstribusi Rufaidah tidak hanya merawat mereka yang terluka akibat
perang. Namun juga terlibat dalam aktifitas sosial di komuniti. Dia
memberikan perhatian kepada setiap muslim, miskin, anak yatim, atau
penderita cacat mental. Dia merawat anak yatim dan memberikan bekal
pendidikan. Rufaidah digambarkan memiliki kepribadian yang luhur dan
empati sehingga memberikan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada
pasiennya dengan baik pula. Sentuhan sisi kemanusiaan adalah hal yang
penting bagi perawat, sehingga perkembangan sisi tehnologi dan sisi
kemanusiaan (human touch) mesti seimbang. 5). Rufaidah juga digambarkan
sebagai pemimpin dan pencetus Sekolah Keperawatan pertama di dunia
Isalam, meskipun lokasinya tidak dapat dilaporkan (Jan, 1996), dia juga
merupakan penyokong advokasi pencegahan penyakit (preventif care) dan
menyebarkan pentingnya penyuluhan kesehatan (health education) 2)
Sejarah islam juga mencatat beberapa nama yang bekerja bersama
Rufaidah seperti : Ummu Ammara, Aminah, Ummu Ayman, Safiyat, Ummu
Sulaiman, dan Hindun. Beberapa wanita muslim yang terkenal sebagai
perawat adalah : Ku’ayibat, Aminah binti Abi Qays Al Ghifari, Ummu
Atiyah Al Ansariyat dan Nusaibat binti Ka’ab Al Maziniyat 6). Litelatur
lain menyebutkan beberapa nama yang terkenal menjadi perawat saat masa
Nabi Muhammad SAW saat perang dan damai adalah : Rufaidah binti Sa’ad Al
Aslamiyyat, Aminah binti Qays al Ghifariyat, Ummu Atiyah Al Anasaiyat,
Nusaibat binti Ka’ab Al Amziniyat, Zainab dari kaum Bani Awad yang ahli
dalam penyakit dan bedah mata. 8)
Ummu Ammara juga dikenal juga sebagai Nusaibat binti Ka’ab bin
Maziniyat, dia adalah ibu dari Abdullah dan Habi, anak dari Bani Zayd
bin Asim. Nusaibat dibantu suami dan anaknya dalam bidang keperawatan.
Dia berpartisipasi dalam Perjanjian Aqabat dan perjanjian Ridhwan, dan
andil dalam perang Uhud dan perang melawan musailamah di Yamamah bersama
anak dan suaminya. Dia terluka 12 kali, tangannya terputus dan dia
meninggal denan luka2nya. Dia terlibat dalam perang Uhud, merawat korban
yang luka dan mensuplai air dan juga digambarkan berperang menggunakan
pedang membela Nabi.
* Masa Sejarah Perkembangan Islam dalam Keperawatan
Masa sejarah perkembangan islam dalam
keperawatan, tidak dapat dipisahkan dalam konteks perkembangan
keperawatan di Arab Saudi khususnya, dan negara-negara di timur tengah
umumnya. Berikut ini akan lebih dijelaskan tentang sejarah perkembangan
keperawatan di masa Islam dan di Arab Saudi khususnya.
1. Masa penyebaran Islam/ The Islamic Period (570 – 632 M)
Dokumen tentang keperawatan sebelum-islam (pre-islamic period) sebelum 570 M sangat sedikit ditemukan. Perkembangan keperawatan di masa ini, sejalan dengan perang kaum muslimin/jihad (holy wars), memberikan gambaran tentang keperawatan dimasa ini. Sistem kedokteran masa lalu yang lebih menjelaskan pengobatan dilakukan oleh dokter ke rumah pasien dengan memberikan resep, lebih dominan. Hanya sedikit sekali lilature tentang perawat, namun dalam periode ini dikenal seorang perawat yang bersama Nabi Muhammad SAW telah melakukan peran keperawatan yaitu Rufaidah binti Sa’ad/Rufaidah Al-Asamiya (Tumulty 2001, Al Osimy, 1994) 2)
Dokumen tentang keperawatan sebelum-islam (pre-islamic period) sebelum 570 M sangat sedikit ditemukan. Perkembangan keperawatan di masa ini, sejalan dengan perang kaum muslimin/jihad (holy wars), memberikan gambaran tentang keperawatan dimasa ini. Sistem kedokteran masa lalu yang lebih menjelaskan pengobatan dilakukan oleh dokter ke rumah pasien dengan memberikan resep, lebih dominan. Hanya sedikit sekali lilature tentang perawat, namun dalam periode ini dikenal seorang perawat yang bersama Nabi Muhammad SAW telah melakukan peran keperawatan yaitu Rufaidah binti Sa’ad/Rufaidah Al-Asamiya (Tumulty 2001, Al Osimy, 1994) 2)
2. Masa Setelah Nabi/Post –Prophetic Era (632 – 1000 M).
Sejarah tentang keperawatan setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW jarang sekali (Al Simy, 1994). Dokumen yang ada lebih didominasi oleh kedokteran dimasa itu. Dr Al-Razi yang digambarkan sebagai seorang pendidik, dan menjadi pedoman yang juga menyediakan pelayanan keperawatan. Dia menulis dua karangan tentang “The Reason Why Some Persons and the Common People Leave a Physician Even if He Is Clever” dan “A Clever Physician Does Not Have the Power to Heal All Diseases, for That is Not Within the Realm of Possibility.” Di masa ini ada perawat diberi nama “Al Asiyah” dari kata Aasa yang berarti mengobati luka, dengan tugas utama memberikan makanan, memberikan obat, dan rehidrasi.
Sejarah tentang keperawatan setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW jarang sekali (Al Simy, 1994). Dokumen yang ada lebih didominasi oleh kedokteran dimasa itu. Dr Al-Razi yang digambarkan sebagai seorang pendidik, dan menjadi pedoman yang juga menyediakan pelayanan keperawatan. Dia menulis dua karangan tentang “The Reason Why Some Persons and the Common People Leave a Physician Even if He Is Clever” dan “A Clever Physician Does Not Have the Power to Heal All Diseases, for That is Not Within the Realm of Possibility.” Di masa ini ada perawat diberi nama “Al Asiyah” dari kata Aasa yang berarti mengobati luka, dengan tugas utama memberikan makanan, memberikan obat, dan rehidrasi.
3. Masa Late to Middle Ages (1000 – 1500 M)
Dimasa ini negara-negara Arab membangun RS dengan baik, dan mengenalkan perawatan orang sakit. Ada gambaran unik di RS yang tersebar dalam peradaban Islam dan banyak dianut RS modern saat ini hingga sekarang, yaitu pemisahan anatar ruang pasien laki-laki dan wanita, serta perawat wanita merawat pasien wanita dan perawat laki-laki, hanya merawat pasien laki-laki (Donahue, 1985, Al Osimy, 2004) 2).
Dimasa ini negara-negara Arab membangun RS dengan baik, dan mengenalkan perawatan orang sakit. Ada gambaran unik di RS yang tersebar dalam peradaban Islam dan banyak dianut RS modern saat ini hingga sekarang, yaitu pemisahan anatar ruang pasien laki-laki dan wanita, serta perawat wanita merawat pasien wanita dan perawat laki-laki, hanya merawat pasien laki-laki (Donahue, 1985, Al Osimy, 2004) 2).
4. Masa Modern (1500 – sekarang) Early Leaders in Nursing’s Development
Masa ini ditandai dengan banyaknya ekspatriat asing (perawat asing dari Eropa, Amerika dan Australia, India, Philipina) yang masuk dan bekerja di RS di negara-negara Timur Tengah. Bahkan dokumen tentang keperawatan di Arab, sampai tahun 1950 jarang sekali, namun di tahun 1890 seorang misionaris Amerika, dokter dan perawat dari Amerika telah masuk Bahrain dan Riyadh untuk merawat Raja Saudi King Saud. (Amreding, 2003) 2).
Masa ini ditandai dengan banyaknya ekspatriat asing (perawat asing dari Eropa, Amerika dan Australia, India, Philipina) yang masuk dan bekerja di RS di negara-negara Timur Tengah. Bahkan dokumen tentang keperawatan di Arab, sampai tahun 1950 jarang sekali, namun di tahun 1890 seorang misionaris Amerika, dokter dan perawat dari Amerika telah masuk Bahrain dan Riyadh untuk merawat Raja Saudi King Saud. (Amreding, 2003) 2).
Dimasa ini ada seorang perawat Timur Tengah bernama Lutfiyyah
Al-Khateeb, seorang perawat bidan Saudi pertama yang mendapatkan Diploma
Keperawatan di Kairo dan kembali ke negaranya, dan di tahun 1960 dia
membangun Institusi Keperawatan di Arab Saudi.
Meskipun keperawatan masih baru sebagai profesi di Timur tengah,
sebenarnya telah dibangun di masa Nabi Muhammad SAW. Dimana mempengaruhi
philosofi praktek, dan profesi keperawatan. Dan sejak tahun 1950 dengan
dikenalkannya organized health care dan pembangunan RS di Arab Saudi,
keperawatan menjadi lebih maju dan bukan hanya sekedar pekerjaan (job
training) 7)
* Keperawatan, Islam, Masa Kini dan Mendatang
Dr. H Afif Muhammad dalam seminar
perawat rohani Islam di Akper Aisyiyah, Bandung 31/8/2004 mengatakan,
masalah sehat dan sakit adalah alami sebagai ujian dari Allah SWT,
hingga manusia tidak akan bisa terbebas dari sakit. “Sehat kerap membuat
orang lupa dan lalai baik dalam melaksanakan perintah-perintah Allah
maupun mensyukuri nikmat sehatnya. Kita sering menyebut kondisi yang
tidak menyenangkan seperti sakit sebagai musibah yang terkesan negatif,
padahal musibah berkonotasi positif,” jelasnya. 9)
Tugas seorang perawat, menurut H. Afif, menekankan pasien agar tidak
berputus asa apalagi menyatakan kepada pasiennya tidak memiliki harapan
hidup lagi. “Pernyataan tidak memiliki harapan hidup untuk seorang
muslim tidak dapat dibenarkan. Meski secara medis tidak lagi bisa
menanganinya, tapi kalau Allah bisa saja menyembuhkannya dengan
mengabaikan hukum sebab akibat,” katanya. Perawat juga memandu pasiennya
untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT hingga kondisinya semakin saleh
yang bisa mendatangkan “manjurnya” doa. 9)
Dr. Ahmad Khan (lulusan suma cumlaude dari Duke University) yang
menemukan Ayat-ayat Al Quran dalam DNA (Deoxy Nucletida Acid) berpesan
semoga penerbitan buku saya “Alquran dan Genetik”, semakin menyadarkan
umat Islam, bahwa Islam adalah jalan hidup yang lengkap. Kita tidak bisa
lagi memisahkan agama dari ilmu politik, pendidikan atau seni. Semoga
muslim menyadari bahwa tidak ada gunanya mempertentangkan ilmu dengan
agama. Demikian juga dengan ilmu-ilmu keperawatan penulis berharap akan
datang suatu generasi yang mendalami prinsip-prinsip ilmu keperawatan
yang digali dari agama Islam. Hal ini dapat dimulai dari niat baik para
pemegang kebijakan (decission maker) yang beragama Islam baik di
institusi pendidikan atau pada level pemerintah. 10)
Di negara-negara timur tengah, konteks keperawatan sendiri banyak
dipengaruhi oleh sejarah keperawatan dalam Islam, budaya dan kepercayaan
di Arab, keyakinan akan kesehatan dari sudut pandang islam (Islamic
health belief), dan nilai-nilai profesional yang diperoleh dari
pendidikan keperawatan. Tidak seperti pandangan keperawatan di negara
barat, keyakinan akan spiritual islam tercermin dalam budaya mereka.
Di Indonesia mungkin hal serupa juga terjadi, tinggal bagaimana
keperawatan dan islam dapat berkembang sejalan dalam harmoni percepatan
tuntutan asuhan keperawatan, kompleksitas penyakit, perkembangan
tehnologi kesehatan dan informatika kesehatan. Agar tetap mengenang dan
menteladani sejarah perkembangan keperawatan yang di mulai oleh Rufaida
binti Sa’ad.
mmorpg oyunlar
BalasHapusInstagram takipçi satın al
TİKTOK JETON HİLESİ
tiktok jeton hilesi
ANTALYA SAC EKİM
İNSTAGRAM TAKİPÇİ SATIN AL
İnstagram Takipci Satin Al
metin2 pvp serverlar
instagram takipçi satın al
smm panel
BalasHapussmm panel
iş ilanları
instagram takipçi satın al
hirdavatciburada.com
Https://www.beyazesyateknikservisi.com.tr
Servis
tiktok jeton hilesi
kartal bosch klima servisi
BalasHapusümraniye bosch klima servisi
kartal arçelik klima servisi
ümraniye arçelik klima servisi
beykoz samsung klima servisi
üsküdar samsung klima servisi
beykoz mitsubishi klima servisi
pendik vestel klima servisi
pendik arçelik klima servisi