Banyak sebutan spesial bagi mahasiswa. Mulai dari agent of change, control social, iron stock dan lain sebagainya. Mahasiswa identik dengan idealisme dan intelektualitasnya. Kaum yang berfikir cerdas, kritis, selalu ingin bergerak dan selalu mencari sesuatu yang baru. Ngomongin politik pun sudah menjadi makanan sehari-hari mahasiswa, baik itu dalam hal situasi kampus, situasi nasional sampai situasi internasional.
Namun, saat ini hampir jarang ditemui mahasiswa yang mempunyai idealisme. Kebanyakan dari mereka justru bersikap apatis. Mereka lebih senang dengan dunia hedonis. Gaul dan modis bagaikan tujuan utama dari kehidupan mahasiswa.
Sikap masa bodoh menjadi identik dengan mereka. Saya pernah bertanya kepada kawan mahasiswa yang bisa dibilang seorang yang diunggulkan di kelas tentang masalah bangsa, dia menjawab : “bodo amat ah ga tau gue, yang penting gue masih bisa makan, kuliah, ama tidur nyenyak”. Sebuah ironi yang menyedihkan dan menjijikam, dimana kehidupan mereka hanya sebatas kuliah, nongkrong, dan pacaran. Bahkan sampai ada slogan “ga pacaran ga gaul”, “ga nokib ama gele ga keren”. Padahal itu adalah hal yang menjijikan buat saya. Lantas apa bedanya mereka dengan preman pasar, copet dan pelacur?
Mahasiswa apatis tersebut telah lupa dengan tanggung jawabnya sebagai agen perubahan. Mereka lebih asik nonton acara musik dibanding nonton berita. Mereka lebih suka baca majalah daripada baca buku tentang pemikiran. Mereka lebih asik nongkrong di mall daripada ikut acara diskusi ideologis. Bahkan mereka lebih asik nokib daripada ikut aksi. Kalau dahulu Pak Karno berkata “beri aku sepuluh pemuda, maka akan kuguncang dunia” mungkin sekarang lebih tepatnya “beri aku sepuluh pemuda maka akan terbentuklah boyband”
Ketika mahasiswa asik dengan dunia glamornya, penguasa tiran disana juga sedang asik dengan gemerlap duniawinya. Mahasiswa sudah tutup mata dengan kondisi bangsa yang carut marut dan bobrok. Mereka masa bodo dengan rakyat yang semakin menderita akibat kekejaman yang dilakukan oleh penguasa. Rezim orde lama berhasil ditumbangkan oleh mahasiswa begitu juga rezim orde baru. Lantas bagaimana dengan rezim pasca reformasi? Lalu apa peran yang bisa dilakukan oleh mahasiswa jika mahasiswa saja seperti ini? Sebuah pertanyaan untuk kita.
Ada juga mahasiswa yang memang ideologis. Namun, ideologi yang dianutnya itu adalah ideologi batil. Kenapa? karena jelas sosialisme yang menampikkan eksistensi tuhan itu tidak sesuai dengan fitrah manusia. Sosialisme yang dianut mahasiswa itupun sosialisme “kentang”, karena mereka masih malu-malu mengatakan dirinya atheis. Merekapun dalam bergerak masih bersifat pragmatis dan miskin solusi. Hal menonjol pada sikap pragmatisme ini adalah ketundukanya pada realita. Ketika kapitalisme menyerukan demokratisasi merekapun menyerukan hal yang sama. Ketika barat menyuarakan pluralisme, merekapun tak mau ketinggalan memperjuangkannya, padahal mereka selalu berkata anti kapitalisme. Kawan saya pernah berkata “demokrasi memang bukan sistem yang sempurna tapi kita tidak mempunyai sitem yang lain" bahkan pernyataan dari mahasiswa pergerakan Islam “demokrasi memang bukan dari Islam, tapi kalau tidak berpartisipasi dalam pemilu maka pemerintahan akan dikuasai oleh orang-orang kafir”. Mahasiswa telah gagal dalam mencerminkan sebagai insan yang cerdas, lebih mengedepankan emosional namun miskin solusi. Semua ini karena Mahasiswa tidak memiliki idealisme dan konsep yang jelas. Ingat! Realitas tidak bisa dijadikan alasan dalam menetapkan hukum melainkan objek yang harus dihukumi.
Ideologi merupakan pemikiran menyeluruh mengenai alam, kehidupan dan manusia yang akan memancarkan sistem. Inilah yang tidak dipahami oleh kebanyakan mahasiswa sekarang ini. Kita seharusnya menjadikan Islam sebagai ideologi. Menjadikan Islam ideologis sebagai mainstream gerakan mahasiswa. Karena hanya ideologi Islam lah yang akan membawa kebangkitan. Islam adalah sebuah ideologi yang mampu meberikan solusi pada semua permasalah umat manusia. Ke depan, gelombang perubahan dan benturan ideologi akan semakin terasa, Islam akan menantang dan pasti akan meruntuhkan Kapiralisme-Sekuler dan Sosialis-Komunis. Tinggal kita memilih apakah kita akan menjadi mahasiswa apatis dan pragmatis yang akan mati dalam kehinaan, atau hidup dalam kemuliaan yang menjadikan Ideologi Islam sebagai mainstream setiap pergerakan dan dengan lantang mengatakan “BERSATU, BERGERAK, TEGAKKAN IDEOLOGI ISLAM”
0 komentar:
Posting Komentar